Profil


BAB I
PENDAHULUAN



Program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan.
 Profil Kesehatan Kecamatan Brondong dibuat sebagai sarana penyedia data dan informasi dalam rangka evaluasi tahunan kegiatan – kegiatan dan pemantapan pencapaian program kesehatan di Kabupaten Lamongan. Adapun Profil Kesehatan Kecamatan Brondong mencakup tentang data penduduk dan keadaan umum daerah, tenaga kesehatan, sarana kesehatan, sarana obat, sarana lingkungan, serta pencapaian hasil upaya dibidang kesehatan.
Dengan berpedoman pada Buku Petunjuk Teknis Penyusunan  Profil    Kesehatan Kabupaten / Kota dari Kementrian Kesehatan RI tahun 2007 diharapkan dapat  memberikan  keseragaman  dan  membantu   dalam   menganalisa  situasi kesehatan di masing-masing Kecamatan / Puskesmas  secara menyeluruh dengan berbagai indikator terpilih.
Dengan adanya penyusunan profil kesehatan di Kecamatan Brondong diharapkan dapat  tersedianya data / informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengambil kebijakan dan keputusan.

Profil Kesehatan Kecamatan Brondong diuraikan secara singkat sebagai berikut:

-        Bab I         :     Pendahuluan
-        Bab II        :     Gambaran Umum
-        Bab III      :     Situasi Derajat Kesehatan
-        Bab IV      :     Situasi Upaya Kesehatan
-        Bab V        :     Situasi Sumber Daya Kesehatan
-        Bab VI      :     Penutup
-        Resume Profil Kesehatan
-        Lampiran Tabel 
















BAB  II

GAMBARAN UMUM KECAMATAN BRONDONG


A.    Keadaan Penduduk

Sesuai dengan hasil Proyeksi Penduduk Propinsi Jawa Timur per Kabupaten / Kota , pada tahun 2011 jumlah penduduk Kecamatan Brondong tercatat sebesar 61.505 jiwa, dengan tingkat kepadatan 9 jiwa per km2 dan angka pertumbuhan penduduk sebesar 0,99 %. Desa yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Kelurahan Brondong yaitu sebesar 33 jiwa per km2 dan desa dengan kepadatan penduduk terendah desa Tlogoretnoyaitu 2 jiwa per km2.
Komposisi penduduk Kecamatan Brondong menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 16.130      (26,23 %), yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 41.510  (67,49 %), dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar 6,28 %. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Kecamatan Brondong pada tahun 2011 sebesar 80,37% .
Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar 29.944 jiwa penduduk laki-laki dan 31.561 jiwa penduduk perempuan (rasio penduduk menurut jenis kelamin sebesar (90,00% ). Rasio penduduk menurut jenis kelamin yang tertinggi di desa Tlogoretno  yaitu sebesar 95,07%, sedangkan yang terendah di desa Labuhan  yaitu sebesar 77,27%.
Komposisi penduduk Kecamatan Brondong dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki maupun perempuan proporsi terbesar berada pada kelompok umur 10 – 14 tahun dan umur 5 – 9 tahun. Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat dari gambar berikut.



Gambar  2.1  PIRAMIDA PENDUDUK KECAMATAN BRONDONG TAHUN 2011








PEREMPUAN
 

LAKI-LAKI
 


 
















B.     Keadaan Ekonomi


Pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Kecamatan Brondong sebesar 20.799 jiwa atau 33,78 % dari total penduduk 61.505 jiwa. Persentase jumlah penduduk miskin terbanyak adalah desa Sedayulawas yaitu sebanyak 3667 jiwa atau 17,65 % dan terendah desa Tlogoretno atau 4,4 % dari total penduduk miskin.
C.  Keadaan Pendidikan
Kemampuan baca tulis penduduk tercermin dari Angka Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Persentase penduduk yang dapat membaca huruf latin pada tahun 2011 sebesar 95,99 %.
Persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah bersekolah sebesar 4,01 %. Sedangkan yang masih bersekolah ( SD/MI, SLTP/MTs, SMU/SMK/MA ) sebesar 23,07 %, terdiri atas 31,85 % bersekolah di SD/MI, sebesar 15,28 % di SLTP/MTs, sebesar 8,54 % di SMU/SMK, dan untuk Akademi/Universitas tidak terdata. Selebihnya, sebesar 76,93 % sudah tidak bersekolah lagi.
Secara umum Angka Partisipasi Sekolah (APS) perempuan lebih besar dibanding APS laki-laki pada kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun. Sementara pada kelompok umur 16-18 tahun, APS laki-laki lebih tinggi dibanding APS perempuan.
Di  Kecamatan Brondong tahun 2011, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak/belum memiliki ijazah/STTB sebanyak 41,71 %. Sedangkan yang sudah memiliki ijazah terdiri atas tamat SD/MI sebanyak 22,53%, tamat SLTP/MTs sebanyak 30,59 %, tamat SMU/SMK sebanyak 33,83 %, dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas sebesar 8,24 %. Dengan demikian maka persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah SMU/SMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar 13,05 %.
Dilihat dari segi jenis kelamin, ijazah/STTB yang dimiliki oleh penduduk perempuan ternyata relatif seimbang bila dibanding yang dimiliki laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari persentase penduduk yang mempunyai ijazah SMU/SMK atau lebih tinggi pada laki-laki sebesar 16,5% dan pada perempuan sebesar 16,24%.

D.    Keadaan Lingkungan
  1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan  hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.
Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan Kecamatan Brondong  2011, prosentase rumah sehat sebesar 35,7 % dari 5.520 rumah yang diperiksa. Atau rumah sehat sebesar  1.922  dari seluruh rumah yang ada 12.423.  
Gambar :  2.2  RUMAH SEHAT  DI KECAMATAN BRONDONG
TAHUN 2011


  1. Tempat-Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM) Sehat
Tempat-Tempat Umum ( TTU ) dan Tempat Umum Pengelolaan Makanan (TPUM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit.TUPM meliputi hotel, restoran, pasar dan lain-lain. Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai ( luas ruangan ) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai.
Data yang diperoleh dari rekapitulasi laporan bulanan puskesmas menunjukkan bahwa jumlah TTU yang ada sebanyak 17 buah, yang diperiksa    12 ( 70,58 % ). Dari TTU yang diperiksa yang masuk katagori TTU sehat sebanyak   4 buah ( 33,33 % ) .


Gambar : 2.3   TTU YANG DIPERIKSA DAN YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN  DI KECAMATAN BRONDONG TAHUN 2011




  1. Akses Terhadap Air Minum

Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air kemasan, ledeng, pompa sumur terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, air hujan dan lainnya. Dari jumlah keluarga yang ada sebanyak 12.493 yang diperiksa sebanyak 7.049 keluarga, sedangkan yang dapat mengakses air bersih sebanyak 7.049 keluarga, dengan rincaian berturut-turut yang terbanyak menggunakan SGL = 2.450 (35 %) diikuti ledeng = 2.046 (30 %) , SPT = 40 (0,6 %) dan lainnya = 2.351 (34 %).



Gambar : 2.4   KELUARGA YANG MEMILIKI AKSES AIR BERSIH
                          DI KECAMATAN BRONDONG TAHUN 2011


  1. Sarana Pembuangan Air Besar Pada Rumah Tangga
Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi persediaan air bersih ( PAB ), jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah. Dari 12.493 KK yang ada, tidak semuanya bisa diperiksa karena keterbatasan sumber daya yang ada. Selain itu, jumlah KK yang diperiksa berbeda untuk setiap jenis pemeriksaan : PAB, jamban, tempat sampah atau PAL. Semestinya, pemeriksaan dilakukan satu kali untuk semua jenis sarana sanitasi dasar.
Untuk PAB, jumlah KK yang diperiksa sebesar 7.049 dan yang memiliki PAB sebanyak 7.049 KK (100 %). Untuk jamban, jumlah KK diperiksa sebanyak 2.415 dan  yang memiliki sebanyak 2.212 ( 91,6 % ). Untuk tempat sampah, jumlah KK yang diperiksa sebanyak  2.415 dan yang memiliki sebanyak 2.212 ( 91,6 % ), sedangkan untuk PAL, jumlah KK yang diperiksa sebanyak 2.415 dan yang memiliki PAL sebanyak 2.212     ( 91,6 % ).

E.     KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT

Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, disajikan dalam beberapa indikator yaitu persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan menurut cara pengobatan, persentase penduduk yang berobat jalan menurut tempat berobat, persentase pemberian ASI Eksklusif.

1.    Penduduk Yang Memanfaatkan Sarana Kesehatan
Penduduk yang memanfaatkan sarana kesehatan di  Puskesmas Brondondong, rawat jalan sebesar 30.954 (50,3 %), rawat inap sebesar 1.147 (1,9 %) dari jumlah penduduk 61.505 jiwa. Dengan rincian  rawat jalan laki-laki sebesar 18.963 (65,1%) dan perempuan sebesar 11.991 (37,0%), rawat inap laki-laki sebesar 571 (2,0%) dan perempuan sebesar 576 (1,8%). Sedangkan yang mendapat pelayanan kesehatann rawat jalan  di ( RS, BP/BKIA/RB) swasta sbesar 13.420 (21,82%), dengan rincian laki-laki 5.782 (9,4%) perempuan 7.638 (12,49%).

Gambar : 2.5   PENDUDUK YANG MEMANFAATKAN SARANA KESEHATAN DENGAN RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP DI KECAMATAN BRONDONG TAHUN 2011
2.      Rumah Tangga Sehat
Sedangkan indikator komposit rumah tangga sehat terdiri dari 10 indikator yaitu pertolongan persalinan oleh nakes, balita diberi ASI eksklusif, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak merokok, melakukan akitfitas  setiap hari, makan sayur dan buah setiap hari, tersedianya akses terhadap air bersih, tersedianya jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni dan lantai rumah bukan dari tanah.
Dari tabel  menunjukkan bahwa terdapat rumah tangga sehat sebanyak 7.971 ( 75,8 % ) dari yang diperiksa10.521.  ( Tabel 61 ).

Gambar : 2.6   RUMAH TANGGA SEHAT DI KECAMATAN TAHUN 2011



3.      ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari sisi / aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologik ( interakasi dan kasih saying antara anak dan ibu ), aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktifitas menyerap ASI bermanfaat pada koordinasi syaraf bayi ), aspek ekonomik serta aspek penundaan kehamilan. Selain aspek-aspek tersebut, dengan ASI juga dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi secara mendadak.
Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif sebesar 205 bayi ( 22 % ) dari seluruh jumlah bayi sebesar 940 bayi. Target tahun 2009 sebesar 65 %. Cakupan di 10 desa  melampaui target.   Cakupan   terendah   sebesar   2,0%   
di desa Sedayulawas sedangkan yang tertinggi sebesar 30,0% di desa Tlogoretno.   ( Tabel 41 )
4.      Posyandu
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat bebagai upaya dilakukan dengan memanfatkan potensi dan sumberdaya yang ada di masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Manusia ( UKBM ) yang paling dikenal oleh masyarakat, posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata. Posyandu purnama yaitu posyandu dengan cakupan 5 program atau lebih dengan melaksanakan kegiatan 8 kali atau lebih pertahun. Untuk target posyandu purnama dan mandiri (PURI) nasional adalah 30 %, sementara itu rata-rata pencapaian di Kabupaten Lamongan  44,86 %, Puskesmas Brondong telah mencapai rata-rata sebanyak 15,56 %, prosentase posyandu pratama di Kecamatan Brondong 6,67 %, posyandu madya 77,78 %,  posyandu purnama  13,33 % dan posyandu mandiri   2,22 %. ( Tabel 72 )
Gambar 2.6: PROPORSI POSYANDU MENURUT STRATA DI KECAMATAN BRONDONG TAHUN 2011


5.      Pembiayaan Kesehatan Oleh Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, sejak lama dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Pada saat ini berkembang berbagai cara pembiayaan kesehatan pra upaya, yaitu dana sehat, asuransi kesehatan, asuransi tenaga kerja (Astek/Jamsostek, JPKM dan asuransi kesehatan lainnya, serta kartu sehat untuk penduduk miskin). Di Kabupaten Lamongan target cakupan kepesertaan adalah  60 % dengan rata-rata cakupan  38,18 %.
Jumlah peserta Askes di Keamatan Brondong sebesar 986 (1.6%), Jamsostek sebesar 1.163 (1.9 %), Askeskin sebesar 20.779 (33.8 %).

Gambar 2.7 : PROPORSI ASURANSI KESEHATAN DI KECAMATAN BRONDONG   TAHUN 2011
 





BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
MORTALITAS
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian.
1.      Angka Kematian Bayi ( AKB )
Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi dirumah, sedangkan data kematian pada fasilitas pelayanan kesehatan  hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia berasal dari berbagai sumber yaitu sensus penduduk, Surkesnas/Susenas dan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).
Dalam beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup besar, AKB menurut hasil Surkesnas/Susenas berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 kematian per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2002 menjadi 45 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk Propinsi Jawa Timur Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 sebesar 26,9 per 1.000 kelahiran hidup dan di Kabupaten Lamongan pada tahun 2007 sebesar 4,36 per 1.000 kelahiran hidup.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksebilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurut AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat.
2.      Angka Kematian Balita (AKABA)
AKABA berdasarkan estimasi SUPAS 1995 menunjukkan penurunan dari 64,28 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1998 menjadi 44,71 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Selain itu, tingkat kematian anak balita laki-laki lebih besar daripada tingkat kematian anak balita perempuan. Berdasarkan estimasi Susenas, AKABA di Indonesia yang pada tahun 1995 sebesar 73 per 1.000 kelahiran hidup, turun menjadi 64 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1998. Ternyata pada tahun 2001 AKABA tersebut tidak mengalami perubahan yaitu tetap 64 per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini diperkirakan karena menurunnya akses terhadap pelayanan kesehatan, salah satunya sebagai akibat dari krisis ekonomi. Hasil SDKI menyatakan bahwa AKABA pada tahun 2002-2003 telah turun menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2011 kematian balita di Puskesmas Brondong sebesar 11.
3.      Angka Kematian Ibu Maternal ( AKI )
Angka Kemaian Ibu (AKI) diperoleh berbagai survey yang dilakukan secara khusus. Dengan dilaksanakannya Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), maka cakupan wilayah penelitian AKI menjadi lebih luas disbdaning survey sebelumnya.
Untuk melihat kecenderungan AKI di Indonesia secara konsisten digunakan data hasil SKRT, AKI menurun 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992, kemudian menurun lagi menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995. Pada tahun 2002-2003 AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup diperoleh dari hasil SDKI, walaupun cenderung untuk terus menurun, namun bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup, maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan target tersebut dimasa mendatang sulit tercapai. Propinsi Jawa Timur, Angka Kematian Ibu maternal (AKI) sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup, masih cukup tinggi dibandingkan dengan AKI secara nasional maupun dengan target yang akan dicapai pada tahun 2010. Di Kabupaten Lamongan angka kematian ibu sebesar 65  per 100.000 kelahiran hidup, angka tersebut masih dibawah  nasional maupun Jawa Timur. Di kecamatan Brondong tahun 2011 kematian ibu tidak ada.
4.      Angka Kematian Kasar ( AKK )
Estimasi AKK berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995 menunjukkan AKK sebesar 7,7 per 1.000 penduduk pada tahun 1995, turun menjadi 7,6 per 1.000 penduduk pada tahun 1996 dan tidak berubah sampai dengan tahun 1998. Kemudian pada tahun 1999 AKK turun menjadi 7,5 per 1.000 penduduk dan turun lagi menjadi 7,4 per 1.000 penduduk pada tahun 2000. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan angka kematian kasar dalam kurun waktu tahun 1995 – 2000 relatif stabil dengan penurunan yang sangat kecil. Sedangkan angka kematian kasar di Kabupaten Lamongan tidak ada datanya.
5.      Umur Harapan Hidup ( UHH )
Penurunan Angka Kematian Bayi sangat berpengaruh pada kenaikan umur harapan Hidup (UHH) waktu lahir. Angka Kematian Bayi sangat peka terhadap perubahan dengan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan Umur Harapan Hidup (UHH) pada waktu lahir, meningkatnya umur harapan hidup secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat.
Estimasi umur harapan hidup sebesar 52,41 pada tahun 1980 (SP1980), meningkat menjadi 63,48 pada tahun 1995 (SUPAS 1995) dan diperkirakan menjadi 66,20 pada tahun 2002 (SDKI 2002-2003). Umur Harapan Hidup waktu lahir Propinsi Jawa Timur pada tahun 2004 sebesar 67,20 tahun, sedikit lebih tinggi dari hasil SDKI tahun 1992. Untuk mengukur umur harapan hidup Di Kabupaten Lamongan diperlukan survey yang dilaksanakan oleh BPS, hal ini tidak bisa dilaksanakan menyangkut biaya yang besar.

MORBIDITAS
Angka Kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang dapat  diperoleh dengan melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan maupun dari sarana pelayanan kesehatan ( facility based data ) yang diperoleh melalui system pencatatan dan pelaporan.
1.      Penyakit Menular
Penyakit menular yang disajikan dalam profil kesehatan antara lain penyakit Malaria, TB Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasdan Akut (ISPA)
a.      Penyakit Malaria
Penyakit Malaria di Kecamatan Brondong tidak menjadi masalah kesehatan, namun perlu juga ada pantauan melalui annual parasite incidence (API), dari hasil laporan dan pengamatan di lapangan tidak ada penderita malaria. ( Tabel 24 )
b.      Penyakit TB Paru
Menurut hasil Surkesnas 2001, TB Paru menempati urutan ke 3 penyebab kematian umum (9,4 %), selain menyerang paru, Tuberculosis dapat menyerang organ lain (extra pulmonary). Data TB tahun 2011 menunjukkan bahwa gejala  klinis sebanyak 26  kasus,  BTA (+) sebanyak 7 orang. Yang diobati 7 orang dan yang sembuh 3 orang ( 42,86 %). (Tabel 11, 12 ).




Gambar : 3.1   JUMLAH PENDERITA TB PARU DI KECAMATAN     BRONDONG TAHUN 2011

c.       Penyakit HIV/AIDS
Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia., meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat resiko penyebaran HIV/AIDS.
Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai Negara dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi, yaitu adanya prevalensi lebih dari 5 % pada sub populasi tertentu, misal pada kelompok pekerja sexual komersial dan penyalahgunaan NAPZA. Tingkat epidemic ini menunjukkan tingkat perilaku beresiko yang cukup aktif menularkan di dalam suatu sub populasi tersebut.
Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es, yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil dari pada jumlah yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti.
Upaya yang dilakukan dalam rangka pemberantasan penyakit HIV/AIDS disamping ditujukan pada pananganan penderita yang yang ditemukan diarahkan pada upaya pencegahan yang dilakukan  melalui skrening HIV/AIDS terhadap darah donor dan upaya pemantaun dan pengobatan penderita penyakit menular seksual.  Di Kecamatan Brondong dilaporkan 2 kasus HIV/AIDS. ( Tabel 14 )

d.      Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA )
ISPA masih merupakan penyakit utama penyabab kematian bayi dan balita di Indonesia. Dari beberapa hasil kegiatan SKRT diketahui bahwa 80,00 sampai 90,00 % dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan pneumonia. Pneumonia merupakan penyabab kematian pada balita dengan peringkat pertama hasil dari Surkesnas 2001. ISPA sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita diduga karena pneumonia dan merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaannya masih belum memadai.
Upaya dalam rangka pemberantasan penyakit infeksi saluran pernafasan akut lebih difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita pneumonia balita yang ditemukan. Jumlah balita penderita pneumonia yang dilaporkan sebanyak 2 anak, yang dapat ditangani 2 anak (100  %) ( Tabel  13 )

e.       Penyakit Kusta
Dalam kurun waktu 10 tahun (1991-2001), angka prevalensi penyakit kusta secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991. Lalu, turun menjadi 0,85 per 10.000 penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi 0,95 dan pada tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk (Profil Kesehatan Indoensia 2003, Depkes RI).
Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta pada pertengahan tahun 2000, sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia dan merupakan negara urutan ketiga penderita terbanyak di dunia. Penyakit kusta dapat mengakibatkan kecacatan pada penderita. Masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma dikalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini sebagian penderita dan mantan penderita dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan.
Di Kecamatan Brondong terdapat penderita kusta type PB sebanyak  31 orang dan type MB sebanyak 56 orang, dan yang telah selesai menjalani pengobatan (RFT) type PB sebanyak 26 orang ( 83,9 %) dan type MB sebanyak 33 orang ( 59 %). (Tabel 20)


Gambar : 3.2  JUMLAH PENDERITA KUSTA DI KECAMATAN BRONDONG TAHUN 2011


2.      Penyakit Menular Yang dapat Dicegah Dengan Iminisasi ( PD3I )
PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas / ditekan dengan pelaksanaan program imuniasasi, pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit tetanus neonatorum, campak, difteri, pertusis dan hepatitis B.

a.      Tetanus Neonatorum
Jumlah kasus tetanus neonatorum di Indonesia pada tahun 2003 sebanyak 175 kasus dengan angka kematian (CFR) 56 % ( sumber : Profil Kesehatan Indonesia 2003, Depkes RI). Angka ini sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini diduga karena meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, namun secara keseluruhan CFR masih tetap tinggi. Penanganan tetanus neonatorum tidak mudah, yang terpenting adalah usaha pencegahan yaitu pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi TT pada ibu hamil.
Jumlah kasus tetanus neonatorum di Kecamatan Brondong pada tahun 2011  tidak ada.
b.      Campak
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian luar biasa. Sepanjang tahun 2011 di Kecamatan Brondongterjadi KLB campak dengan 28 kasus campak, di Kelurahan Brondong 21 kasus dan di Desa Sedayulawas 7 kasus. (tabel 22)
c.       Difteri
Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relative rendah, rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi, KLB difteri kadang-kadang masih terjadi.
Pada Tahun 2011, di Kecamatan Brondong tidak ditemukan kasus penyakit difteri.
d.      Pertusis
Pada Tahun 2011, di Kecamatan Brondong tidak ditemukan kasus penyakit pertusis.
e.       Hepatitis B
Pada Tahun 2011, di Kecamatan Brondong  ditemukan 28 kasus penyakit Hepatitis B yang tersebar di seluruh desa Kelurahan Kecamatan Brondong. (tabel 22)

3.      Penyakit Potensi KLB / Wabah
a.      Demam Berdarah Dengue
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas ke seluruh wilayah. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan adan kematian relative tinggi. Angka insiden DBD secara nasional berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada awalnya pola epidemic terjadi setiap lima tahunan, namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami perubahan dengan periode antara 2-5 tahunan, sedangkan angka kematian cenderung menurun.
Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M), pemantauan angka bebas jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga.
Jumlah kasus DBD di Kecamatan Brondong pada tahun 2011 terdapat 39 kasus sedangkan yang ditangani 39 (100 %) kasus.  (Tabel 23).

b.      Diare
Untuk kasus diare pada balita di  Kecamatan Brondong tahun 2011 sebanyak 58, sedangkan balita diare yang ditangani 58 ( 100 %), sedangkan jumlah kasus diare total sebanyak 2.602  kasus.
c.       Filariasis
Kasus penyakit Filariasis di Kecamatan Brondong pada tahun 2011 sebanyak 0 kasus.


4.  Penyakit Tidak Menular
Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat, serta situasi lingkungan misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti Penyakit Jantung, Tumor, Diabetes, Hipertensi, Gagal Ginjal, dan sebagainya.
a.      Sakit Persendian/Rematik
Sakit persendian/rematik adalah penyakit radang kronis yang menyerang persendian dan mengganggu fungsi persendian. Hasil Surkesnas/Susenas 2004, di antara penduduk Indonesia umur > 15 tahun sebanyak 6% pernah didiagnosa sakit persendian oleh tenaga kesehatan. Sedangkan hasil Surkesnas/SKRT 2004, berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, 11% penduduk berumur 15 tahun atau lebih pernah menderita penyakit persendian. Di Kecamatan Brondong pada kunjungan rawat jalan  penyakit pada sistim otot dan jaringan pengikat / rematik menduduki ranking pertama  dengan jumlah kinjungan 3.672  ( 5, 74 % ) dari jumlah kunjungan.

b.   Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut

Pelayanan kesehatan dasar gigi dan mulut adalah pencabutan gigi tetap  sebanyak 268 dan tumpatan gigi tetap sebanyak 407. ( Tabel 52 ).

C.    STATUS GIZI

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator, antara lain bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur kurang energi kronis (KEK).
1.      Bayi Dengan Berat Badan lahir Rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah  (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 katagori yaitu BBLR karena premature atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di Negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat kehamilan. Sementara  itu jumlah BBLR  di Kecamatan Brondong  sebanyak 23 bayi (2,2 %) dari 1044 bayi lahir hidup dan tertangani seluruhnya 100 %. ( Tabel 26 )
2.      Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah pengukuran secara anthropometric yang menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U). Jumlah balita yang ditimbang di Kecamatan Brondong tahun 2011 adalah 3.723 balita. Gizi lebih 15 balita (0,40%), gizi baik 3.645 balita (97,90%), gizi kurang 43 balita (1,15%) dan gizi buruk 20 balita (0,54%).  (Tabel 27)
           Gambar : 3.2  STATUS GIZI BALIATA DI KECAMATAN BRONDONG
                 MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 2011


BAB  IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN

            Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derjat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan. Berikut ini diruaikan gambaran situasi upaya kesehatan khususnya pada tahun 2011.

A.    PELAYANAN KESEHATAN DASAR


Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi.
Pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas Kecamatan Brondong pada tahun 2011 dilaksanakan secara gratis, pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
1.      Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Ganguan kesehatan yang dialami ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya.
a.      Pelayanan Antenatal ( K4 )
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional ( dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil  yang telah melakukan kunjungan pertama ke faslitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil  yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.
Gambaran persentase cakupan pelayanan K4 di Kecamatan Brondong pada tahun 2011 sebesar 983 ( 95,4 %) dari seluruh ibu hamil sebanyak 1.030 orang.  ( Tabel 28 )

b.      Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (professional).
Hasil pengumpulan data / indikator kinerja SPM bidang kesehatan di Kecamatan Brondong pada tahun 2011 menunjukkan bahwa prosentase cakupan persalinan dengan pertolongan oleh tenaga kesehatan sebesar 1.014  ( 106,7 % ). Dari 10 desa masih  ada 2 desa   dengan cakupan kurang dari  90,00 %. ( Tabel 28 )
c.       Ibu Hamil Resiko Tinggi yang Ditangani
Dalam memberikan  pelayanan kesehatan khususnya oleh bidan di desa dan puskesmas, beberapa ibu hamil di antaranya tergolong dalam kasus resiko tinggi (risti), maka kasus tersebut memerlukan pelayanan kesehatan rujukan ke unit kesehatan yang memadai.
Jumlah ibu hamil risti di Kecamatan Brondong tahun 2011 sebesar 206, dan risti tangani 26 (12,6 %).  (Tabel 31)
Gambar : 4.1   JUMLAH IBU HAMIL, K4, PERSALINAN NAKES, IBU
HAMIL RISTI DI KECAMATAN BRONDONG
TAHUN 2011


d.      Kunjungan Neonatus
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal 2 kali, satu kali pada 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.
Bila dilihat menurut desa di Kecamatan Brondong pada tahun 2011, dengan cakupan kunjungan neonatus 3 kali (KN lengkap) tertinggi adalah desa Sedayulawas 98,4%, dan terendah adalah desa Sumberagung 82,4%  dari jumlah neonatus yang ada yaitu 1.044. ( Tabel 36)


e.       Kunjungan Bayi
Hasil pengumpulan data / indikator kinerja SPM bidang kesehatan menunjukkan cakupan kunjungan bayi di Kecamatan Brondong pada tahun 2011 mencapai 731 (77,8 %). Namun data ini belum mencakup semua kunjungan bayi yang tercatat di sarana pelayanan kesehatan swasta.

Gambar : 4.2   JUMLAH BAYI, KUNJUNGAN BAYI DAN KN LENGKAP  DI KECAMATAN BRONDONG TAHUN 2011




2.      Pelayanan Keluarga Berencana

Jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2011 sebanyak 12.720, sedangkan yang menjadi peserta KB aktif sebesar 7.024 (55,2 %), dengan cakupan tertinggi desa sedayulawas yaitu sebesar 58,8%. dan cakupan terendah desa Tlogoretno yaitu 43,4 % (Tabel 35).



GAMBAR 4.4   PESERTA KB AKTIF  MENURUT JENIS KOTRASEPSI  DI KECAMATAN BRONDONG  TAHUN 2011



3.      Pelayanan Imunisasi
Pencapaian universal child immunization pada dasarnya merupakan suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Bila UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I.
Pada tahun 2011 semua Desa/kelurahan di Kecamatan Brondong telah mencapai UCI .
Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT ( 3 kali ), Polio ( 4 kali ), Hepatitis B ( 3 kali ) dan Campak ( 1 kali ), yang dilakukan melalui pelayanan rutin di posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainya. Cakupan imunisasi BCG sebesar 912 (79,0%), DPT/HB1 sebesar 902 (96,0 %), DPT/HB3 sebesar 893 ( 95,0 % ), Polio 3 sebesar 893    (95,0 %), dan Campak sebesar  893 (95,0 % ) . ( Tabel 38, 39 )


Gambar : 4.5   IMUNISASI BAYI  DI KECAMATAN BRONDONG TAHUN 2011
Untuk cakupan imunisasi TT wanita usia subur  pada tahun 2011, TT4 sebesar 754 ( 73,2 % ) dan TT5 sebesar 754 ( 73,2 % ) (Tabel 29)
Upaya meningkatkan kekebalan pada masyarakat juga dilakukan pada kelompok-kelompok sasaran khusus lainnya, misalnya pemberian imunisasi DT dan TT pada anak sekolah melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) atau pelaksanaan Crash Program imunisasi Campak pada anak Balita di lokasi pengungsian atau Catch Up Campaign imunisasi campak pada anak sekolah kelas 1 sampai III SD/MI.
Gambar : 4.6   IMUNISASI WANITA USIA SUBUR DI KECAMATAN BRONDONG  TAHUN 2011


4.      Pelayanan Kesehatan  Usia lanjut
Cakupan pelayanan kesehatan  usia lanjut (60 tahun +) pada tahun 2011 di Kecamatan Brondong sebesar  laki-laki 1.520 (58,82%), perempuan 1.628 (63,77 % ) dari seluruh jumlah usia lanjut yang dilaporkan sebanyak 5.137. (Tabel 39).


B.     PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di samping itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan.
1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
Upaya penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan tindak lanjut dari penemuan dini kasus-kasus penyakit berpotensi wabah yang terjadi pada masyarakat. Upaya penanggulangan yang dilakukan dimaksudkan untuk mencegah penyebaran lebih luas dan mengurangi dampak negatif yang dapat ditimbulkan.

Di Kecamatan Brondong  pada tahun 2011 dilaporkan terjadi KLB penyakit campak di Kelurahan Brondong dan desa Sedayulawas (Tabel 22)





Gambar : 4.8   JUMLAH PENDERITA KLB YANG TERJADI DI KECAMATAN BRONDONG TAHUN 2011

2.  Pemberantasan Penyakit Polio
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi Polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur <15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.
Sementara itu, di Kecamatan Brondong cakupan imunisasi Polio-3 pada bayi pada tahun 2011 sebesar 95 %.


3. Pemberantasan TB-Paru
Upaya Pencegahan dan pemberantasan TB-Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS (Directly Observe Treatment Shortcource) atau pengobatan TB-Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan paket pengobatan. Dari upaya penemuan penderita TB selama tahun 2007 Dinas Kesehatan Kab. Lamongan telah bekerja sama dengan RS swasta antara lain ( RS Muhammadiyah Lamongan, RS Nasrul Ummah Lamongan, RS Muhammadiyah Babat ) dan LSM Aisiyah cabang Lamongan
Jumlah penderita Tb paru di Kecamatan Brondong pada tahun 2011 sebanyak 7, sedangkan yang diobati sebanyak 7 dan yang sembuh sebanyak 3 (42,86 %) .     (Tabel 12)

4. Pemberantasan Penyakit ISPA
Upaya dalam rangka Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2 ISPA) lebih difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tata laksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita Pneumonia balita yang ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui suatu manajemen terpadu dalam penanganan balita sakit yang datang ke unit pelayanan kesehatan atau lebih dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dengan pendekatan MTBS semua penderita ISPA langsung ditangani di unit yang menemukan, namun bila kondisi balita sudah berada dalam Pneumonia berat sedangkan peralatan tidak mencukupi maka penderita langsung dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. 
Dari hasil penemuan penderita di Kecamatan Brondong pada tahun 2011 sebanyak 3, yang ditangani sebanyak 3 ( 100 % ). (tabel 13)



5. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS
Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS, disamping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling.
Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna obat dengan suntikan (IDUs), penghuni Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau sesekali dilakukan penelitian pada kelompok berisiko rendah  seperti ibu rumah tangga dan sebagainya.
Walaupun jumlah penderita AIDS secara kumulatif relatif kecil  (Case Rate 1,33 per 100.000 penduduk), namun dalam perjalanan penyakit dari HIV + menjadi AIDS  dikenal istilah ”windows periods” yang tidak diketahui dengan pasti periodisasinya sehingga kelompok ini menjadi sangat potensial dalam menularkan penyakit. Pada kelompok ini disamping dilakukan pengobatan yang lebih utama adalah dilakukan konseling untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya penularan lebih lanjut.  
Di Kecamatan Brondong pada tahun 2011 dilaporkan ada 2 penderita penyakit HIV/AIDS.
           
6.  Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M+), Juru Pemantauan Jentik (Jumantik) untuk memantau Angka Bebas Jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga.
Upaya kesehatan yang telah dilakukan dalam rangka penanggulangan DBD selama tahun 2011 tersebut antara lain adalah penemuan penderita secara dini melalui sistem surveilans, penegakan diagnosa secara cepat dengan didukung oleh pemeriksaan laboratorium dan penanganan penderita secara tepat, serta gerakan pemantauan dan pengendalian vektor melalui gerakan 3 M.  

7.  Pemberantasan Penyakit Malaria
Penegakan diagnosa penderita secara cepat dan pengobatan yang tepat merupakan salah satu upaya penting dalam rangka pemberantasan penyakit Malaria. Di Kecamatan Brondong pada tahun 2011 tidak ditemukan penderita penyakit malaria.

8. Pemberantasan Penyakit Kusta
Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit Kusta antara lain adalah melakukan penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan  pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan penderita penyakit Kusta. 
Semua penderita yang ditemukan langsung diberikan pengobatan paket MDT yang terdiri atas Rifampicin, Lampren, dan DDS selama kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk penderita yang ditemukan sudah dalam kondisi parah akan dilakukan rehabilitasi melalui institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas pelayanan lebih lengkap.
Pada tahun 2011 ditemukan penderita kusta tipe PB sebanyak 14 dan tipe MB sebanyak 11, penderiata yang telah dinyatakan RFT tipe PB sebanyak 26 (83,9  %) dan tipe MB sebanyak 33 (59,0 %).

9. Pemberantasan Penyakit Filaria
Upaya kesehatan dalam rangka pemberantasan penyakit Filaria difokuskan pada kegiatan penemuan penderita, pengobatan dan pengendalian vektor potensial di wilayah-wilayah endemis. Di Kecamatan Brondong  tidak terdapat penyakit tersebut.
C.    PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR
Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit kusta atau gangguan kesehatan sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, dilakukan berbagai upaya peningkatan kualitas lingkungan, antara lain dengan pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi yang dilakukan secara berkala. Upaya yang dilakukan mencakup pemantauan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar.
Hasil kompilasi data menunjukan bahwa pada tahun 2011 dari institusi yang dilaporkan 148 yang dibina kesehatan lingkungannya sebanyak 122 (82,4%).
Dari jumlah institusi tersebut diatas terdistribusi pada sarana kesehatan 6 dan yang dibina 6 (100 %), sarana pendidikan 70 dan yang dibina 70 (100 %), sarana ibadah 43 dan yang dibina 25 (58,1 %) dan institusi perkantoran 23 dan yang dibina 15 (65,2 %).(tabel 68)
1. Pembinaan Kesehatan Lingkungan
Upaya pembinaan kesehatan lingkungan diarahkan pada masyarakat dan institusi yang memiliki potensi mengancam kesehatan masyarakat yang dilakukan secara berkala. Kegiatan pembinaan dimaksud mencakup upaya pemantauan, penyuluhan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar (air bersih dan jamban), pengelolaan sampah, sirkulasi udara, pencahayaan, dan lain-lain.
Dari KK yang diperiksa pada tahun 2011 sebanyak 12.493 terdapat KK yang mempunyai persediaan air bersih 7.049(100 %) ( Tabel 64 )
Gambar  : 4.9      JUMLAH PEMAKAI SARANA AIR BERSIH DI KECAMATAN BRONDONG TAHUN 2011


Dan terdapat jamban yang memenuhi syarat 1.615 (73 %), tempat sampah yang memenuhi syarat 1.219 (95 %) dan terdapat pengolahan air limbah yang memenuhi syarat 1.242(97,5 %).

Gambar : 4.10  KELUARGA YANG MEMPUNYAI  JAMBAN, TEMPAT SAMPAH DAN AIR LIMBAH MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI KECAMATAN BRONDONG TAHUN 2011




2. Surveilans Vektor
Upaya surveilans vektor dilakukan untuk mengendalikan vektor potensial dalam menularkan penyakit antara lain nyamuk. Kegiatan yang dilakukan meliputi survei vektor untuk mengetahui jenis potensial, bionomik serta strategi pengendaliannya.
 Pada tahun 2011, jumlah rumah/bangunan yang diperiksa sebanyak 5.975 (47,83%) dan yang dinyatakan bebas jentik sebanyak 5300 (88,70 %).
3.  Pengawasan Tempat-tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan
Pengawasan terhadap Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan Makanan (TUPM) dilakukan untuk meminimalkan faktor risiko sumber penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU dan TUPM.  Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU dan TUPM secara berkala, bimbingan, penyuluhan dan saran perbaikan dalam pengelolaan lingkungan yang sehat, hingga pemberian  rekomendasi untuk penerbitan izin usaha.
Menurut data Profil Kesehatan tahun 2011, dari 12 TUPM yang diperiksa sebanyak  4 TUPM ( 33,33 % ) memenuhi syarat kesehatan.

Gambar : 4.11   JUMLAH  TUPM, TTU DI KECAMATAN BRONDONG TAHUN 2011   

D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakekatnya dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa permasalahan gizi sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah kekurangan kalori protein, kekurangan vitamin A, gangguan akibat kekurangan yodium dan anemia gizi besi.
1.      Pemantauan Pertumbuhan Balita
Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan melalui kegiatan penimbangan di posyandu secara rutin setiap bulan. Hasil dari pengumpulan data  di Puskesmas Brondong, jumlah balita yang ada sebanyak 4.670, balita yang ditimbang sebanyak 3.723, dengan hasil penimbangan jumlah balita dengan berat badan naik sebanyak 2.659 (71,4 %). Sementara itu balita dengan bawah garis merah (BGM) sebesar 69  (1,9 %).(Tabel 44)
2.      Pemberian kapsul Vitamin A
Cakupan pemberian kapsul  vitamin A  2 kali pada balita pada tahun 2011 hasil kompilasi pada seluruh desa sebanyak 4.294 (91,5 %). (Tabel 32 )
3.      Pemberian Tablet Besi
Pada tahun 2011 jumlah ibu hamil yang ada sebesar 1.030 orang dan yang mendapatkan pemberian tablet besi (Fe1) 1.020 (99,03 %) dan Fe3 sebesar 993 ( 96,41 % ) bumil. ( Tabel 30 )
Gambar : 4.12  JUMLAH BAYI, BAYI BGM, JUMLAH BALITA, BALITA BGM TAHUN 2011 DI KECAMATAN BRONDONG



E. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk (1) menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2) mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat generik, (3) meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di farmasi komunitas dan farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar, serta (4) melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan, mutu, dan keamanan.

1. Peningkatan Penggunaan Obat Rasional
Upaya peningkatan penggunaan obat rasional, diarahkan kepada peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan pembinaan penggunaan obat yang rasional melalui pelaksanaan advokasi secara lebih intensif agar terwujud dukungan masyarakat yang kondusif serta terbangunnya kemitraan dengan unit pelayanan kesehatan formal. Sampai dengan akhir tahun 2006, penggunaan obat rasional mencapai 82,12 %. Angka tersebut belum menunjukkan target yang hendak dicapai yang idealnya penggunaan obat yang rasional mencapai 100%. Berkaitan dengan hal tersebut perlu terus diupayakan meningkatan obat esensial nasional di setiap fasilitas kesehatan masyarakat dan melindungi masyarakat dari risiko pengobatan irasional.
2.  Penerapan Penggunaan Obat Esensial Generik
Kegiatan ini dimaksudkan agar terjaminnya ketersediaan, keterjangkauan, dan pemerataan obat dalam pelayanan kesehatan, yang pelaksanaannya mencakup pengadaan buffer stock obat generik esensial, revitalisasi pemasyarakatan konsepsi obat esensial dan penerapan penggunaan obat esensial generik pada fasilitas pelayanan pemerintah.













BAB  V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokan dalam sajian dan informasi mengenai sarana kesehatan dan tenaga kesehatan.
A.    SARANA KESEHATAN
Pada bab ini diuraikan mengenai sarana kesehatan di antaranya puskesmas, Rumah Sakit, sarana upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) dan institusi pendidikan tenaga kesehatan.
1.      Puskesmas
Di Kecamatan Brondong terdapat 1 Puskesmas dan 3 Puskesmas Pembantu serta 3 Ponkesdes dan 7 Poskesdes.
2.      Rumah Sakit/BP SWASTA
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit (RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta dengan rasio terhadap jumlah penduduk.                                                                                  
Jumlah BP swasta di Kecamatan Brondong pada tahun 2011 sebanyak 3 buah, Rumah Sakit belum ada.                            

3.      Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Data yang berhasil dikumpulkan tahun 2011 adalah jumlah apotek di Kecamatan Brondong sebanyak 2 buah.

4.       Sarana Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
Dalam rangka menigkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah posyandu, polindes, Pos Obat Desa (POD).
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penaggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata, yaitu posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan posyandu mandiri.
Jumlah posyandu di Kecamatan Brondong menurut hasil kompilasi dari Profil Kesehatan tahun 2011, bahwa jumlah seluruh posyandu yang ada sebanyak 45 buah, dengan rincian posyandu pratama 3 buah (6,67%), posyandu madya 35 buah (77,78 %), posyandu purnama 6 buah (13,337%), dan posyandu mandiri  1buah (2,22 %).
Gambar : 5.1   JUMLAH  POSYANDU DI KECAMATAN BRONDONG TAHUN 2011

Poskesdes dan Poskesdes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan palayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana.

  1. TENAGA KESEHATAN
Sebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya dilakukan pemerintah, tapi juga diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu gambaran situasi ketersediaan tenaga kesehatan baik yang disektor pemerintah maupun swasta perlu diketahui. Data ketenagaan ini diperoleh dari hasil pengumpulan data oleh Sub Bagian Program. Data yang dapat dikumpulkan meliputi data jumlah dan jenis sumber daya manusia kesehatan yang ada pada Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum, Puskesmas, RS, RB, BP Swasta  pada tahun 2011.
Jumlah dan jenis sumber daya kesehatan di Kecamatan Brondong berdasar pada pendidikan kesehatan sebanyak 39 orang, yang tersebar di Puskesmas Induk 11 orang, Puskesmas Pembantu 5 orang, di Poskesdes/Ponkesdes 17 orang, dan BP swasta 6 orang. Proporsi SDM Kesehatan di Kecamatan Brondong dapat dilihat pada gambar dibawah. 

Gambar : 5.1   PROPORSI SDM KESEHATAN MENURUT UNIT KERJA DI PUSKESMAS BRONDONG TAHUN 2011



PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari Pemerintah dan masyarakat. Anggaran Pemerintah beresumber dari :

1.      APBD Kabupaten/RJG                      : Rp   30.785.000,-
2.      Opersional Puskesmas             : Rp  21.000.000,-
3.      Askes                                                  : Rp.  17.464.000,-
4.      Jamkesmas/Askeskin                           : Rp. 239.824.7500,-
5.      Total anggaran pada tahun 2011         : Rp.  309.073.750,-

Gambar : 5.2  PROPORSI ANGGARAN KESEHATAN DI KECAMATAN BRONDONG TAHUN 2011



BAB  VI

P E N U T U P

 

            Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Dibidang kesehatan, data dan informsi ini diperoleh melalui penyelenggaraan system informasi kesehatan. Salah satu luaran utama dari penyelenggaraan System Informasi Kesehatan, sejak tahun 1998 telah dikembangkan paket sajian data dan informasi oleh Pusat Data Kesehatan RI, merupakan kumpulan informasi yang sangat penting, karena dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan, lintas sector maupun masyarakat.

            Namun sangat disadari, system informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal, apalagi dalm era desentralisasi pengumpulan data dan informasi dari Puskesmas menjadi relative lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan dalam Profil Kesehatan Puskesmas yang diterbitkan ini belum sesuai dengan harapan. Walaupun demikian Profil Kesehatan Puskesmas dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai.
            Walaupun Profil Kesehatan Puskesmas sering kali belum mendapatkan apresiasi yang memadai, karena belum dapat menyajikan data dan informasi yang sesuai dengan harapan, namun ini merupakan salah satu publikasi data dan informasi yang meliputi data capaian pelayanan di Puskesmas Brondong. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kesehatan Puskesmas Brondong perlu dicari terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat untuk mengisi kekosongan data agar dapat tersedia data dan informasi khususnya yang bersumber dari Puskesmas.
  

                                                                                 

No comments:

Post a Comment

"CANTING INTAN " Cegah Stunting dengan Inovasi Kesehatan ,Menuju Generasi Sehat Indonesia Unggul

Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas SDM. Salah satu masalah Gizi yang menjadi perhatian ut...